Senin, 21 November 2011

Review iMac

Bagi sebagian pengguna Mac, mungkin lebih memilih Mac portable dibanding versi desktop. Entah itu MacBook Air, White atau Pro. Ketiganya terlihat lebih banyak digunakan para pengguna Mac disekitar kita. Namun, hal itu tidak terjadi kepada saya. Saya sendiri tidak begitu antusias terhadap Mac portable, karena saya bukanlah orang yang mementingkan portabilitas. Saya kebanyakan memakai komputer di rumah dan tak pernah sekalipun membawa komputer saya kemana-mana.
Dalam hal memilih produk Mac, saya cenderung mementingkan sebuah komputer dengan perfoma tangguh dan bisa diandalkan untuk mengerjakan proyek dengan resource yang besar. Ambil contoh: rendering animasi, mengedit video, layout ratusan halaman majalah, bermain game, dll. Tentu saja multitasking seperti itu membutuhkan sebuah komputer yang tangguh. Itulah sebabnya pilihan saya jatuh kepada iMac di tahun 2010 silam.
iMac memang bukanlah satu-satunya lini di kategori desktopnya Mac. Masih ada Mac Mini dan MacPro sebagai pilihan lain. Mac Mini sempat menarik perhatian saya waktu itu karena harganya yang tergolong paling murah di jajaran desktop. Setelah mengecek speknya, saya sedikit kecewa karena perfomanya bukanlah seperti yang saya inginkan. Selain low spek, Mac Mini juga harus ditambah keyboard, mouse, monitor yang notabene dijual terpisah. Lain halnya dengan MacPro yang terkenal high spek, dimana perfomanya memang gila-gilaan dan harganya juga memang supergila. Seandainya saya adalah seorang konglomerat, sudah saya beli tuh MacPro.

iMac adalah komputer pilihan saya yang paling tepat. Dengan harga yang tergolong mahal namun masih bisa ditebus dengan menguras seluruh uang tabungan. Bagi saya tak begitu masalah dengan harganya yang berkisar 12 jutaan lebih. Selama masih mampu menjawab semua kebutuhan, saya rasa tidak ada salahnya berinvestasi dengan dana yang ada. Toh pada akhirnya duit sebanyak itu akan kembali lagi suatu saat nanti. Pelan tapi pasti, akan ada keuntungan yang saya dapat dari berinvestasi di bidang teknologi.
iMac ternyata melebihi spekulasi saya selama ini. Dengan konsep "Desktop All in One", menjadikannya seksi, modis dan juga tangguh. Kinerjanya kira-kira 8-10 kali lebih cepat dari PC saya dulu. Layarnya juga sangat indah dipandang mata berkat teknologi IPS dengan layar LED yang kaya akan warna. Kalibrasi warnanya benar-benar tepat, sehingga apa yang terlihat di layar 100% sama dengan apa yang dicetak oleh printer. Kapasitas hardisk 1TB sangat lega untuk menampung file-file multimedia. Hingga saat ini kapasitas hardisk baru terpakai sekitar 20%, jadi kapasitas 1TB ini tergolong lebih dari cukup. Berbicara tentang olah grafis, video card dari ATI memang tangguh mengolah dan mengedit video dengan resolusi High Definition 1080p. Prosesornya kuat melakukan tasking sampai 25-40 aplikasi berjalan berbarengan. Tentu saja didukung juga oleh memori yang tertanam 4GB, sehingga aplikasi tadi lancar juga jalannya.
iMac dilengkapi oleh wireless keyboard dan magic mouse yang terkoneksi melalui bluetooth. Jadi sangat ringkas, tanpa kehadiran lilitan kabel-kabel di meja. Awalnya, saya bingung memakai mouse yang tidak memiliki tombol tersebut. Tapi setelah membiasakan diri, akhirnya saya mendapatkan cita rasa dari mouse tersebut. Ternyata mouse yang kelihatannya simpel itu menyimpan puluhan fitur di dalamnya.

iMac yang saya beli sudah disertakan 2 DVD original didalamnya, yaitu sistem operasi Mac OS X Snow Leopard & iLife 09. Rasanya baru kali ini saya memiliki sistem operasi original di komputer sendiri. Mac OS X kebal terhadap virus-virus komputer yang menyerang Microsoft Windows. Itu dikarenakan aplikasi yang native berjalan di kernel DOS tidak berjalan sama sekali di sistem berbasis Unix. Bisa dikatakan bahwa Mac OS X adalah sistem operasi paling aman di dunia.
Mengenai aplikasi, memang software yang dirilis untuk Mac jauh lebih sedikit dari versi untuk Microsoft Windows. Tapi itu bukan menjadi hambatan. Buktinya, saya memiliki aplikasi handalan untuk desain yaitu Adobe Master Collection CS5. Untuk kebutuhan video editing, ada Final Cut Studio 3 yang merupakan standar para sineas Hollywood. Untuk sekedar mengetik, bikin laporan akuntansi dan presentasi sudah ada Microsoft Office 2011 yang lebih "eye catching" dibanding Microsoft Office 2010 versi windows. Tools modeling dan animasi 3D sudah ada Autodesk Maya 2012 dan Maxon Cinema 4D R12 yang handal dan profesional. Masih banyak lagi aplikasi handalan yang tidak saya sebutkan, tapi intinya: saya sudah puas dengan aplikasi profesional yang ada. Rasanya tidak ada alasan untuk kembali lagi ke sistem PC berbasis Windows. Kini saya memiliki komputer yang tidak mengganggu aktivitas lagi. Tidak perlu di defragment sebulan sekali, tidak perlu dilindungi antivirus setiap detik dan tidak perlu dicarikan berbagai driver hanya untuk menjalankan perangkat yang umum digunakan.

www.ciptawan.com

0 Responses to “Review iMac”

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
All Rights Reserved Prodak Apple | zxsamandro by applethetechno